Aku harus jujur.
Mungkin setelah ini semua yang tlah kau canangkan pada aku akan luntur begitu saja.
Aku tahu resiko itu,
tapi sekali lagi aku harus jujur akan rasa dan sikap ini.
Ini bukan soal cinta, ini lebih ke persoalan sudut pandang dan cara menikmati.
Semua orang mengamini,
Kau adalah makhluk terindah yang pernah diciptakan Tuhan, begitu pula yang aku pahami.
Kau adalah salah satu makhluk yang aku kagumi dari mulai dulu sampai sekarang ini
walaupun antara dulu dan sekarang cara aku mengagumimu sedikit berbeda. *kurasa
yap.
aku masih mengagumi hati dan sikapmu.
(aish.. kenapa masih saja kata-kata gombal terlontar dari mulut manisku ini)
aku masih terlalu kikuk untuk bisa berkata jujur, mengungkapkan apa yang aku rasa selama ini.
Aku mencoba,
tapi mohon cermatilah dengan baik penjelasanku ini yang agak terlalu bertele-tele ini.
sampai di mana tadi....
oh iya, sampai di bahasan "mengagumi"
Dulu aku ingin sekali mengagumimu seperti layaknya kekaguman sang Fajar merindukan sang Senja.
Tapi jangankan aku bisa seperti itu,
hampir setiap hari, mataku slalu disuguhi hal-hal yang kuanggap tabu.
satu dua kali mungkin aku masih bisa mengintruksikan kesepuluh jari tanganku untuk membantu menutupi kedua mataku dan memerintahkan wajahku untuk bisa menunduk atau bahkan memalingkan wajah
namun selebihnya dan seterusnya, intruksi dan perintah itu tak lagi didengarkan, bahkan sengaja seirama dengan si mata untuk tidak melewatkan pemandangan itu.
lalu, aku harus bagaimana
Awalnya aku kira itu semua terjadi sebagai sebuah kekhilafan.
namun itu masih saja terjadi.
Aku pun masih menjaga lentera pemikiranku bahwa itu tetaplah sebagai sebuah kekhilafan.
kau perlu tahu,
aku pun masih diliputi perasaan risih setiap kali ingin menikmati.
jadi jangan heran ketika tak sengaja aku tertangkap mata oleh kau.
aku seakan salah tingkah sendiri.
dan aku pun yakin kau pun risih akan itu.
Tapi waktu demi waktu
anehnya hal itu masih saja terus terjadi.
(mungkin)
kekhilafan itu telah berubah menjadi sebuah kebiasaan.
kebiasaan buah dari jalaran teko kulino.
tolong beritahu aku,
aku harus bagaimana
Agar nantinya ketika aku ingin menikmatinya
aku tak terganjal dengan kerisihan ku
dan begitu juga dengan kau
Dan perlulah kau tahu.
Jujur dari lubuk hati yang paling dalam.
slama ini aku hanya bisa menikmati dengan caraku
yang dengan diam-diam, dengan curi-curi pandang, dan secara tidak sengaja tertelan ludahku
bahkan mungkin beberapa kali momen menikmati itu kujadikan fantasi pribadiku yang kusimpan sendiri
yang sewaktu-waktu bisa kuunduh dan kunikmati sendiri
tolong beritahu pada aku
bagaimana cara yang santun untuk bisa menikmati apa yang kau pamerkan itu.
menikmati tiap sentinya dengan khidmat, menikmati tiap helai lekukan dengan detail.
menikmati hal yang kuanggap keindahan itu
dan
saat ini sebagian dari kau, telah banyak yang menutup apa yang seharusnya ditutup
entah itu adalah panggilan hati atau mungkin sebagai ajang ngekor saja
atau malah sebagai bagian dari keikutsertaan kau mengikuti fashion yang lagi in saat ini
Tapi,
itu bukan urusanku
aku tak mau terlihat baik di depanmu
biarlah kau tahu juga diriku ini tak lepas dari kemunafikan
Entah mungkin otakku yang sudah ngeres.
masih saja aku lihat sebagian dari kau yang sudah tertutupi.
namun di mata aku masih saja terlihat jelas tiap centi lekukan tubuh kau
bahkan semakin jelas batasan-batasan itu.
dan maafkan aku jika aku harus menikmati dengan diam bahkan tak sengaja tertelan ludahku
Sekali lagi
tolong beritahu aku dan jelaskan pada aku
bagaimana aku harus menikmati ini semua
yang terkadang aku risih namun terkadang aku menikmati.
sehingga nantinya aku dan kau sama-sama enak, sama-sama bisa menikmati dengan nyaman dan dengan cara yang santun.
dan akhirnya,
aku puas, kau pun bangga.
dan sekali lagi,
bantulah aku menjawab pertanyaan dari pertanyaan yang sampai saat ini tak kutemukan jawaban pastinya.
.Aku harus bagaimana