Minggu, 13 April 2014

si Peramal Masa Depan

Malam itu tidak seperti malam biasanya buat si Am, yang biasanya dia habiskan malam berada di kamarnya hanya untuk sekedar bermain game dari laptopnya atau sekedar melihat kumpulan film baru hasil download. Malam ini dia berada di depan teras kamarnya ditemani kopi pahit khas Lampung yang entah sudah berapa lama masa berlakunya habis, tapi tetap saja si Am menikmati kopinya dengan nikmat seakan seperti sedang menyeruput kopi luwak asli yang harganya mungkin 10 kali lipat dibandingan kopi yang sedang dinikmatinya sekarang dan tidak lupa malam ini dia ditemani suara kodok dan jangkrik yang saling bersahutan mencoba mengisi relung malam yang kosong.

Malam itu kebetulan bulan lagi berbaik hati menunjukkan paras asrinya kepada si Am, yang dari tadi mencoba untuk mencari posisi yang benar-benar enjoy buat dia, entah apa yang akan dilakukannya.. dan apa yang sedang dipikirkannya,, pikirannya kalang kabut seperti knalpot asap motor butut tetangganya, di mencoba menangkap serpihan pikiran-pikirannya yang melayang tanpa massa. sampai dia akhirnya mampu menangkap serpihan-serpihan pikiran itu lalu disusunnya dengan rapi merangkai sebuah pemikiran yang sudah dua hari ini coba dia rangkai..

Malam itu seakan mendadak hening, kodok yang dari tadi bersuara mendadak hening, mungkin si kodok  pergi mencari makan di seberang sungai sana, dan si jangkrik mungkin sedang mencoba peruntungannya di tempat lain.

Si Am pelan dan perlahan berinteraksi dengan dirinya sendiri, dia baru menyadari bahwa selama ini dirinya telah lama menjadi peramal.. tapi bukan peramal seperti Ki Joko Bodo atau sejenisnya, tapi peramal masa depan,, Si Am awalnya pun tak percaya kalau memang dirinya dari dulu telah menjadi peramal masa depan, dia pun tak habis pikir, seharusnya dengan kemampuannya tersebut dia sudah bisa meramal masa depannya, tentu hidupnya akan jauh lebih layak dari pada saat ini yang penuh dengan masalah yang datang bertubi-tubi datang pada diri si Am.. tidak hanya masalah tapi juga ketakutan yang tidak jelas dari mana datangnya membuat beban pikirannya tak kunjung reda malah bertambah.

Sampai akhirnya si Am menyadari bahwa dirinya selama ini telah menjadi peramal masa depan bukan malah memberikan keuntungan buat diri pribadinya, malah menambah beban. ternyata selama ini si Am selalu meramal masa depan mencoba berangan-angan, mecoba merangkai mimpi, tapi sembari itu pula si Am membuka ruang ketakutannya seolah menjadi pembanding dengan semakin tinggi mimpi yang direkanya, sehingga belum sempat dia melangkah untuk mencoba meniti mimpinya dia sudah terantuk oleh ketakutannya sendiri. kadang pula si Am terlalu asyik untuk meramal, terbuai dengan mimpi, mimpi yang boleh dikatakan kosong, kosong dari tindakan, yap si Am selalu terbuai dengan mimpinya, tanpa sedikitpun melangkah.

Si Am pun menyadari, bahwa sebenarnya meramal masa depan itu adalah PASTI, PASTI tidak PASTI. si Am pun termenung kala itu, sambil terus berpikir bahwa seharusnya dia segera terbuka dengan masa depan, hal terbodoh yang mungkin pernah dia lakukan adalah bermain-main dengan masa depan, slama ini dia terjebak dengan mencoba meramal masa depan,,
dan di penghujung malam itu terpatrilah sebuah kata-kata yang keluar dari bibirnya "ah, mungkin formula terbaik adalah dengan terbuka dengan masa depan, dan berfokus pada hari ini, gw harus berubah, gw harus fokus pada hari ini, seperti apa esok adalah seperti apa gw hari ini. gw harus berubah..."

Dan malam pun kembali ke peraduannya, kata-kata yang terpatri entah akan menjadi tenaga booster untuk memperbaiki menjadi lebih baik ataukah itu hanya akan sekali lagi menjadi mimpi kosong..

 ah sudahlah,mungkin harus di wajari karena dia memang si Am.





si Am : si Anak Manusia

 

0komentar:

Posting Komentar

 
;