Sabtu, 18 Mei 2013 3komentar

Merindu Subuh

Kini, 
Pekatnya secangkir kopi telah menjadi sahabat sejati menghabiskan pekatnya malam hingga gulita.
Kokokan ayam pun hanya terdengar sebagai sebuah lelucon di warung lesehan jalan jawa.
Seruan adzan subuh hanya terdengar bagaikan rengekan anak ingusan di sebelah kosan.

Tak Lagi ku temui fajar menyingsing diantara pergantian sang waktu,
Tak Lagi ku lihat langit menyeruak kemerahan di ujung ufuk timur sana.
Tak Lagi ku cium bau parfum malaikat dengan langkah tegap dengan barisan yang rapat menyeru sebuah panggilan.
Tak Lagi.....
Entah kapan, ataukah Suatu Saat..
Merindu Subuh 

Kamis, 09 Mei 2013 4komentar

Baby Steps (Little Steps to Big Dreams)


Mari sejenak mengingat serpihan memori kita saat masih balita dulu.

Ketika masih dalam fase belajar untuk merangkak dengan kedua belah tangan dan kaki, kemudian beranjak untuk bisa berjalan dengan kedua belah kaki saja. berapa kali kita terjatuh, berapa kali pula kita menangis tersedu. hingga pada akhirnya kita mampu berjalan walaupun terbata, walaupun hanya beberapa langkah, selangkah demi selangkah, step by step, diawali dengan little steps dan begitu seterusnya hingga kita mampu berjalan sambil sesekali mencoba menyeimbangkan tubuh walaupun masih sering kita tersembab, dan hingga kita mampu berjalan seperti saat ini.


Sejenak, kita memutar ulang memori yang tersimpan lekat di masa kecil dulu,, ya walaupun kita tak tahu persis posisi kita yang sebenarnya pada saat itu, tapi mungkin cerita dari orang tua kita dan sanak keluarga mampu melengkapi serpihan-serpihan memori tersebut.

Ada yang menarik dengan proses ketika kita dulu saat balita belajar berjalan.
Proses belajar berjalan butuh proses yang berat, sebelum bisa faseh berjalan, tentu sudah beribu rengekan dan tangisan bayi tersebut akibat terjatuh, sudah beberapa kali terserambab dan lecet di kaki, di tangan.
tapi coba diperhatikan dan diingat kembali.

apakah pernah seorang bayi akhirnya memutuskan untuk berhenti belajar berjalan?! 
apakah karena dia berpikir "aduh,, aku masih bayi, nanti kalo aku belajar terus terjatuh bagaimana dengan tulang-tulangku yang lunak ini......", lalu dia akan berhenti belajar berjalan?! 

Belum pernah ditemui bayi yang akhirnya mengibarkan bendera putih atau menyerah untuk berhenti belajar berjalan. Ketika ia terjatuh, ia menangis. setelah puas menangis, ia mencoba lagi. dan begitu seterusnya.
Itu seorang Bayi, yang masih belum bisa berpikir logis, hanya punya keinginan dan tekad.

Bagaimana dengan kebanyakan kita, yang sudah makan asam garam kehidupan *katanya.
yang masih saja sering mengeluh. masih sering merasa sudah berbuat banyak hal.
ketika belum berhasil mendapatkan sesuatu, mudah menyerah, mudah menggerutu dan masih banyak alasan untuk berhenti berusaha.
Diberikan kekuatan untuk dapat mengolah akal pikiran tapi masih saja bangga dengan kemampuan untuk beralasan, dan menunda.

Masa' kalah sama bayi,,,,,, :D

yap soal itu kita kalah dengan bayi... kenapa??
karena,
si bayi belum punya,
Persepsi, seperti nanti kalau, kalau begini nanti begitu, dst....
si bayi belum punya,
Pembanding, seperti masih mending aku, la dia... dst
dan si bayi terbuka dengan masa akan datang yang masih misteri kemungkinannya, walaupun si bayi masih belum bisa menggunakan akalnya dengan maksimal dibandingkan kita.
Si bayi bermodalkan
Just do it.


Sedangkan kita, yang sudah bisa mendayagunakan akal otak pikiran kita bahkan sering memanipulasinya, dengan mudahnya terhempaskan oleh usaha yang belum berhasil, akal pikiran kita masih slalu digunakan untuk memprediksi masa depan dengan kemungkinan yang cenderung negatif.  dan itu telah menjadi habit. disadari atau tidak.

terus, apa yang harus aku, kamu, kita, kalian lakukan??
Terbukalah terhadap masa depan dengan segala ketidakpastian dan segala kemungkinan, berfokuslah pada hari ini, saat ini. dan perhatikan apa yang terjadi... itu!! :D
dan mulailah melangkah step by step, with a little step.


mulai kapan?? besok deh ketika sudah siap...
ternyata kekuatan diri untuk menjadi lebih baik masih belum bisa mengalahkan kekuatan untuk segera menundanya.

la terus bagaimana??
Apanya yang terus, teruskanlah sendiri bagaimana keterusannya.
bukankah keterusannya jelas di depan mata.

dan Demi Massa_
Senin, 06 Mei 2013 0komentar

Kontras,, entahlah

Lemas, tumpul, seperti sebuah pensil yang lama tak kongkow di lobang orotan, hanya tampak atos, keras dari luar tapi jangan lihat di dalamnya, hanya tersisa isi pensil yang usang. Pola hidup kembali monoton, bangun pagi dengan secangkir kopi ireng tanpa gula, dengan aroma caffein yang kental menggeliat masuk ke 2 lobang hidung, semerbak, kembali duduk di depan laptop, menekan tombol power, setelah itu bingung akan berbuat apa seperti seorang pemuda yang habis di brain wash atau mungkin setelah di hipnosis, makan, buang hajat, bengong, tidur bangun begitu seterusnya. seperti robot gagal yang salah program, bahkan mungkin lebih buruk daripada robot itu sendiri.  entahlah

Kontras,

Dengan kenyataan 1 tahun kebelakang, pola hidup begitu dinamis, urus sana, urus sini, sok sibuk, seperti anggota dewan yang tertumpuk dengan schedule padat merayap, bahkan mandi pun sudah bukan lagi menjadi sebuah habit, bahkan makan pun dilakukan hanya untuk pengisi luang, untung saja para pekerja dalam tubuh tidak mengajukan protes berhubung hari buruh. masih terus saja urus sana urus sini, sampai sampai tidak ada waktu untuk diri sendiri, untuk sekedar mengurus hajat diri sendiri saja sudah amat jarang, entah selalu ada saja perihal yang mendaftar ingin diurus, sampai batin pun berbicara, kapan ada waktu untuk diri sendiri, kapan waktumu untuk menata masa depanmu, jika persoalan lain getol diurusin. keinginan hati semakin kuat untuk segera angkat kaki, mencari waktu untuk berdua dengan waktu, namun saat sudah berdua dengan waktu,(kembali ke paragraf pertama di atas sono) entahlah  


adaptasi kah ini
atau
memang.....

entahlah..


hanya sekedar tulisan, celotehan belaka.....


di tambak lantai dua kota lumpur
Jumat, 03 Mei 2013 0komentar

Keong Mas, dari Pemanis menjadi Perusak



Keong Mas,, bukan seperti legenda keong mas jaman dahoeloe kala, it's real, keong mas, sebangsa dengan siput, bekicot dan masih banyak lagi. Tak sulit menemukannya, khususnya di perairan irigasi, areal persawahan, khusus pada areal persawahan di beberapa tempat, keong mas sudah menjadi daftar pencarian petani, gimana mau tidak perannya cukup besar dalam berkontribusi pada pertumbuhan tanaman padi khususnya pada padi muda atau padi yang baru dipindah dari persemaian. Keong mas ini menyerang tanaman padi dengan cara memakan bagian batang padi yang masih muda dan lunak. serangan keong mas ini mengakibatkan anakan roboh dan pangkal padi patah, petani pun harus kembali menyulamnya, dan pada musim hujan serangan keong mas bisa mencapai 2x lipat.


Tapi dibalik 'jahat'nya si keong mas tadi ini, si keong ini ternyata dahulu merupakan hewan peliharaan di dalam aquarium sebagai pemanis dari aquarium selain ikan ikan tentunya, dan juga selain dijadikan sebagai hewan peliharaan juga saat itu potensi keong mas dikenal sebagai makanan potensial. Keong mas masuk ke Indonesia pada awal tahun 1980-an dari Amerika Selatan. Perkembangan keong mas melonjak drastis ketika telur keong mas terbawa saluran air atau irigasi dan berujung di areal persawahan, melonjak sehingga berbalik arah menjadi hama pada tanaman padi hingga sekarang (Heong et al., 2003).

Telah banyak bentuk pengendalian yang dilakukan untuk mengendalikan keong mas ini dari cara manual, mekanik hingga kimiawi. untuk pengendalian dengan kimiawi ini data yang diperoleh hingga tahun 2009 belum mampu menekan populasi hama keong mas ini. hal ini karena keong mas memiliki perkembangan yang cepat, daur hidup yang singkat dan resisten terhadap pestisida dan penyakit, didukung lagi dengan daya tahan keong mas yang mampu bertahan hidup pada kondisi margin (tanpa air) selama 6 bulan dengan menguburkan dirinya dalam tanah, saat air tersedia kembali, keong mas melanjutkan daur hidupnya, begitu seterusnya (Setyadi dkk., 2002).

Masih menjadi pertanyaan besar, bagaimana bentuk pengendalian dari keong mas ini dengan tetap memperhatikan faktor abiotik dan biotik.

referensi :

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. 2008. Luas Serangan Siput Murbai pada Tanaman Padi Tahun 1997-2006. Rerata 10 tahun dan tahun 2007. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Jakarta
Heong, K.L., Joshi, R and Bell, M. 2003. Golden Apple Snail. IRRI.
Setyadi G. W., A. M. Fuah, dan H. C. H. Siregar. 2002. Pengaruh Kepadatan Populasi dan Jenis Pakan pada Pertumbuhan Keong Mas. Hayati. Jurnal Biosains, Vol 9, No 4, Desember 2002: 101- 104


 
;