Minggu, 20 April 2014 1 komentar

Aku harus bagaimana

Kali ini
Aku harus jujur.

Mungkin setelah ini semua yang tlah kau canangkan pada aku akan luntur begitu saja.
Aku tahu resiko itu,
tapi sekali lagi aku harus jujur akan rasa dan sikap ini.


Ini bukan soal cinta, ini lebih ke persoalan sudut pandang dan cara menikmati.



Semua orang mengamini,
Kau adalah makhluk terindah yang pernah diciptakan Tuhan, begitu pula yang aku pahami.
Kau adalah salah satu makhluk yang aku kagumi dari mulai dulu sampai sekarang ini
walaupun antara dulu dan sekarang cara aku mengagumimu sedikit berbeda. *kurasa

yap.
aku masih mengagumi hati dan sikapmu.         
(aish.. kenapa masih saja kata-kata gombal terlontar dari mulut manisku ini)


Maaf
aku masih terlalu kikuk untuk bisa berkata jujur, mengungkapkan apa yang aku rasa selama ini.

Aku mencoba,
tapi mohon cermatilah dengan baik penjelasanku ini yang agak terlalu bertele-tele ini.

sampai di mana tadi....
oh iya, sampai di bahasan "mengagumi"


Dulu aku ingin sekali mengagumimu seperti layaknya kekaguman sang Fajar merindukan sang Senja.

Tapi jangankan aku bisa seperti itu,
hampir setiap hari, mataku slalu disuguhi hal-hal yang kuanggap tabu.
satu dua kali mungkin aku masih bisa mengintruksikan kesepuluh jari tanganku untuk membantu menutupi kedua mataku dan memerintahkan wajahku untuk bisa menunduk atau bahkan memalingkan wajah
namun selebihnya dan seterusnya, intruksi dan perintah itu tak lagi didengarkan, bahkan sengaja seirama dengan si mata untuk tidak melewatkan pemandangan itu.
lalu, aku harus bagaimana


Awalnya aku kira itu semua terjadi sebagai sebuah kekhilafan.
namun itu masih saja terjadi.
Aku pun masih menjaga lentera pemikiranku bahwa itu tetaplah sebagai sebuah kekhilafan.

kau perlu tahu,
aku pun masih diliputi perasaan risih setiap kali ingin menikmati.
jadi jangan heran ketika tak sengaja aku tertangkap mata oleh kau.
aku seakan salah tingkah sendiri.
dan aku pun yakin kau pun risih akan itu.

Tapi waktu demi waktu
anehnya hal itu masih saja terus terjadi.

(mungkin)
kekhilafan itu telah berubah menjadi sebuah kebiasaan.
kebiasaan buah dari jalaran teko kulino.

Dan jika memang benar seperti itu adanya.
tolong beritahu aku,
aku harus bagaimana

Agar nantinya ketika aku ingin menikmatinya
aku tak terganjal dengan kerisihan ku
dan begitu juga dengan kau

Dan perlulah kau tahu.
Jujur dari lubuk hati yang paling dalam.
slama ini aku hanya bisa menikmati dengan caraku
yang dengan diam-diam, dengan curi-curi pandang, dan secara tidak sengaja tertelan ludahku
bahkan mungkin beberapa kali momen menikmati itu kujadikan fantasi pribadiku yang kusimpan sendiri
yang sewaktu-waktu bisa kuunduh dan kunikmati sendiri

tolong beritahu pada aku
bagaimana cara yang santun untuk bisa menikmati apa yang kau pamerkan itu.
menikmati tiap sentinya dengan khidmat, menikmati tiap helai lekukan dengan detail.
menikmati hal yang kuanggap keindahan itu

dan
saat ini sebagian dari kau, telah banyak yang menutup apa yang seharusnya ditutup
entah itu adalah panggilan hati atau mungkin sebagai ajang ngekor saja
atau malah sebagai bagian dari keikutsertaan kau mengikuti fashion yang lagi in saat ini

Tapi,
itu bukan urusanku
aku tak mau terlihat baik di depanmu
biarlah kau tahu juga diriku ini tak lepas dari kemunafikan

Entah mungkin otakku yang sudah ngeres.
masih saja aku lihat sebagian dari kau yang sudah tertutupi.
namun di mata aku masih saja terlihat jelas tiap centi lekukan tubuh kau
bahkan semakin jelas batasan-batasan itu.
dan maafkan aku jika aku harus menikmati dengan diam bahkan tak sengaja tertelan ludahku

Sekali lagi
tolong beritahu aku dan jelaskan pada aku
bagaimana aku harus menikmati ini semua
yang terkadang aku risih namun terkadang aku menikmati.
sehingga nantinya aku dan kau sama-sama enak, sama-sama bisa menikmati dengan nyaman dan dengan cara yang santun.
dan akhirnya,
aku puas, kau pun bangga.


dan sekali lagi,
bantulah aku menjawab pertanyaan dari pertanyaan yang sampai saat ini tak kutemukan jawaban pastinya.
.Aku harus bagaimana



Minggu, 13 April 2014 0komentar

si Peramal Masa Depan

Malam itu tidak seperti malam biasanya buat si Am, yang biasanya dia habiskan malam berada di kamarnya hanya untuk sekedar bermain game dari laptopnya atau sekedar melihat kumpulan film baru hasil download. Malam ini dia berada di depan teras kamarnya ditemani kopi pahit khas Lampung yang entah sudah berapa lama masa berlakunya habis, tapi tetap saja si Am menikmati kopinya dengan nikmat seakan seperti sedang menyeruput kopi luwak asli yang harganya mungkin 10 kali lipat dibandingan kopi yang sedang dinikmatinya sekarang dan tidak lupa malam ini dia ditemani suara kodok dan jangkrik yang saling bersahutan mencoba mengisi relung malam yang kosong.

Malam itu kebetulan bulan lagi berbaik hati menunjukkan paras asrinya kepada si Am, yang dari tadi mencoba untuk mencari posisi yang benar-benar enjoy buat dia, entah apa yang akan dilakukannya.. dan apa yang sedang dipikirkannya,, pikirannya kalang kabut seperti knalpot asap motor butut tetangganya, di mencoba menangkap serpihan pikiran-pikirannya yang melayang tanpa massa. sampai dia akhirnya mampu menangkap serpihan-serpihan pikiran itu lalu disusunnya dengan rapi merangkai sebuah pemikiran yang sudah dua hari ini coba dia rangkai..

Malam itu seakan mendadak hening, kodok yang dari tadi bersuara mendadak hening, mungkin si kodok  pergi mencari makan di seberang sungai sana, dan si jangkrik mungkin sedang mencoba peruntungannya di tempat lain.

Si Am pelan dan perlahan berinteraksi dengan dirinya sendiri, dia baru menyadari bahwa selama ini dirinya telah lama menjadi peramal.. tapi bukan peramal seperti Ki Joko Bodo atau sejenisnya, tapi peramal masa depan,, Si Am awalnya pun tak percaya kalau memang dirinya dari dulu telah menjadi peramal masa depan, dia pun tak habis pikir, seharusnya dengan kemampuannya tersebut dia sudah bisa meramal masa depannya, tentu hidupnya akan jauh lebih layak dari pada saat ini yang penuh dengan masalah yang datang bertubi-tubi datang pada diri si Am.. tidak hanya masalah tapi juga ketakutan yang tidak jelas dari mana datangnya membuat beban pikirannya tak kunjung reda malah bertambah.

Sampai akhirnya si Am menyadari bahwa dirinya selama ini telah menjadi peramal masa depan bukan malah memberikan keuntungan buat diri pribadinya, malah menambah beban. ternyata selama ini si Am selalu meramal masa depan mencoba berangan-angan, mecoba merangkai mimpi, tapi sembari itu pula si Am membuka ruang ketakutannya seolah menjadi pembanding dengan semakin tinggi mimpi yang direkanya, sehingga belum sempat dia melangkah untuk mencoba meniti mimpinya dia sudah terantuk oleh ketakutannya sendiri. kadang pula si Am terlalu asyik untuk meramal, terbuai dengan mimpi, mimpi yang boleh dikatakan kosong, kosong dari tindakan, yap si Am selalu terbuai dengan mimpinya, tanpa sedikitpun melangkah.

Si Am pun menyadari, bahwa sebenarnya meramal masa depan itu adalah PASTI, PASTI tidak PASTI. si Am pun termenung kala itu, sambil terus berpikir bahwa seharusnya dia segera terbuka dengan masa depan, hal terbodoh yang mungkin pernah dia lakukan adalah bermain-main dengan masa depan, slama ini dia terjebak dengan mencoba meramal masa depan,,
dan di penghujung malam itu terpatrilah sebuah kata-kata yang keluar dari bibirnya "ah, mungkin formula terbaik adalah dengan terbuka dengan masa depan, dan berfokus pada hari ini, gw harus berubah, gw harus fokus pada hari ini, seperti apa esok adalah seperti apa gw hari ini. gw harus berubah..."

Dan malam pun kembali ke peraduannya, kata-kata yang terpatri entah akan menjadi tenaga booster untuk memperbaiki menjadi lebih baik ataukah itu hanya akan sekali lagi menjadi mimpi kosong..

 ah sudahlah,mungkin harus di wajari karena dia memang si Am.





si Am : si Anak Manusia

 
Sabtu, 05 April 2014 0komentar

Kubangan yang sama (1)

Untuk kesekian kalinya
terjatuh di kubangan yang gue gali sendiri (lagi)

Memang gue akan bangkit dan biasanya slalu begitu
tapi apa itu akan berawal kembali lagi dari kubangan yang sama

luka dan bekas masa lalu tak pernah bisa mau bertahan lama
hanya sejenak mampir di awal dengan bayang ratapan akan sampai kapan seperti ini terus. 
tidak lebih.
setelah itu semua kembali dan berawal kembali dari kubangan yang sama.

seperti halnya anak SD harus mampu menyelesaikan ujian di yang diberikan di penghujung untuk bisa naik kelas, dan gue tetep sama, selalu gagal, dan dengan semangat di awal  untuk bisa lolos dari ujian itu yang nantinya akan surut dan berujung di gagal melewati ujian. dan sekali lagi gue harus mengulang dari titik awal, dan tetap akan menghadapi ujian yang sama. gue gag akan bisa lari dari ujian ini. karena hidup ini sama seperti tahapan. gue kagak akan bisa naik level sebelum bisa melalui ujian. masih ujian yang sama. dan selalu gue ngelakuin hal yang sama untuk menghadapi ujian yang sama berujung pada kubangan yang sama.

gue gag bisa menghadapi ujian dengan cara yang sama,, gue kudu menghadapi dengan cara yang lain. pelajari kesalahan di masa lalu yang buat gue gagal.

Tuhan masih mungkin masih berbaik hati memberikan kesempatan, entah sampai kapan
tapi gue gag mau habisin umur gue hanya untuk menghadapi ujian yang sama, sedangkan waktu tak pernah bisa diajak bernegosiasi sedikitpun, sogokan pun tak pernah dilirikanya, ah dasar waktu, selalu saja angkuh.

untuk kesekian kalinya,
gue harus kembali melangkah...


Rabu, 02 April 2014 0komentar

Ketika Muna menjadi Fix

Diantara perbatasan hitam dan putih ku kaburkan garis pembatas diantara keduanya agar aku bisa berpindah posisi dimanapun aku ingin,

Rentetan kata kuputar balikkan sesuka gairah dan didukung pula dengan lidah yang untungnya tidak pernah bertulang, 

Gesture ku perankan dengan baik, telah banyak topeng yang kubuat dan kuukir sendiri, agar aku bisa memerankan peran apapun dan kapanpun, kebebasan yang terbungkus dengan kealiman gombal, dan keliaran yang tersusun rapi dengan kehusyu'an semu. 

Hal yang wajar ketika sesekali harus berjumpa dengan kejenuhan, terbayang ada cahaya terang di balik ruangan gelap yang aku ciptakan sendiri, dan dengan jelas terlihat jalan kecil yang bisa mengantarku ke ujung cahaya, namun keengganan untuk meninggalkan zona nyaman masih membuatku betah untuk terus melekatkan pantat ini di ruangan ini.

 
 
;