Rabu, 03 April 2013

Belajar dari Korea

Tak bisa terelakkan..
badai datang dan pergi terus bergulir, menghujani negeri tercinta NKRI ini..
yang dalam bahasa yang agak ilmiah bernama "korean wave"

yeaaah,,,
demam korea, virus korea tengan semerbak di kalangan muda indonesia tidak hanya muda, bahkan kawula sepuh dan menginjak remaja turut terbius..
segala aspek dari korea menjadi trendsetter di negeri kepulauan kita ini.. tidak bisa dipungkiri penulis pun sempat terjangkit walaupun belum sampai stadium 4 hahaha

dari mulai fashion, kuliner, musik, gaya hidup hingga tetek bengeknya semua digandrungi..
tak pelak dalam sekejap korea salah satu kiblat trendsetter dunia selain negara amerika sekirat.. ;)

namun kita sebagai individu yang di berkahi akal untuk berpikir tidak barang tentu menerima itu semua secara mentah mentah.. mari kita lihat dari sudut pandang lain, dari kacamata yang berbeda..

Korea dahulu tidak terpecah seperti sekarang, dulu korea menjadi salah satu satuan. korea pada saat itu masih menjadi jajahan dari negara jepang, dan mampu merdeka pada tahun yang sama seperti Indonesia merdeka pula yaitu 1945. (perlu diketahui juga, orang korea kebanyakan anti dengan jepang, karena mungkin ada trauma history pernah di jajah oleh negara jepang)
Setelah merdeka korea sempat ditransisi oleh 2 barak militer terbesar pada saat itu yaitu uni soviet dan amerika serikat. dua kubu yang pada masanya mempunyai permasalahan mendunia sehingga pernah terjadi perang dunia I dan II, menjadi sebuah polemik dan membuat masyarakat korea terpecah pada saat itu, hingga puncaknya terjadi persitegangan antar masyarakat dari pro masing masing kubu, hingga pada akhirnya sempat terjadi perang saudara sehingga terbagi menjadi dua negara yaitu korea utara (pro uni soviet) dan korea selatan (pro amerika) hingga sekarang masih ada perseturuan di dua negara satu pulau ini.

Korea khususnya korea selatan yang berkiblat pada amerika tlah jadi trendsetter dunia..
dari berbagai aspek

Namun coba perhatikan ada sisi yang harus kita lihat syukur syukur bisa kita contoh,, semaju apapun mereka, sefanatiknya mereka berkiblat kepada negara adidaya amerika, mereka tidak melupakan dan atau menghilangkan identitas mereka. Mereka tetap mempertahankan akar identitas mereka, bagaimana itu bisa terjadi :

yang pertama,
mereka memperkenalkan budaya mereka dengan cara memprioritaskan anggaran untuk sektor pariwisata, modernisasi budaya namun tidak menghilangkan warna aslinya, warna identitas aslinya. memperkenalkan budaya mereka melalu perfileman lokal sehingga sering kita melihat film korea yang berlatar belakang zaman kerajaan dan cerita cerita hikayat asli korea.

yang kedua,
tempat pariwisata dijadikan latar perfilman, sehingga secara tidak langsung mengangkat nilai dan mempromosikan tempat wisata tersebut.

yang ketiga,
berbagai macam kuliner khas korea di tampilkan dengan manis penyajiannya

Kita sebagai yang negara yang kaya akan budaya, yang bertaburan kearifan budaya lokalnya, mudah sekali melupakan identitas diri terseret oleh arus globalisasi, menjadi malu mengakui identitas diri bahkan ada yang tau identitas tapi pura pura rabun akan identitas itu.. Apakah kita mau dikatakan sebagai negara tanpa jati diri... mari kita jadikan ini sebagai opini yang pantas untuk diperjuangkan dan dibela sebelum kita benar benar kehilangan jati diri dan hanya menjadi pengekor.

0komentar:

Posting Komentar

 
;